Friday, May 9, 2014

BERUNTUNGNYA ORANG SAKIT JIKA IKHLAS MENERIMANYA


Hari Minggu kemarin saya bersama istri mengunjungi dua orang wanita karib kerabatnya yang sedang sakit, satu orang kita panggil Mami menderita Stroke yang membuat si penderita kesulitan berbicara dan gangguan daya ingat, dan saat ini telah berangsur-angsur pulih, sedangkan satu lagi menderita komplikasi Diabetes, Ginjal, Jantung serta Paru-paru dan dalam 60 menit sehari ia harus dibantu dengan tambahan pernafasan melalui tabung oksigen, saat ini kondisinya cukup parah.

Kita sadari bahwa kehidupan manusia merupakan mata rantai dari dua kejadian, yaitu senang dan susah. Penyakit yang diderita seseorang merupakan bagian dari kejadian tersebut sebagai cobaan dari Allah, baik kepada si penderita maupun kepada pihak keluarganya, apakah dengan sakitnya itu mereka tetap taat menjalankan perintah-Nya atau malah sebaliknya.

Saya yakin kita semua pernah merasakan sakit, apakah itu ringan atau berat, ada yang sabar dan tawakal menghadapi cobaan tersebut, dan tidak sedikit orang yang mengeluh bahkan saling menyalahkan. “Gara-gara kamu sih, makanya Mama sakit, coba kalau kamu awasi terus mungkin Mama tidak terpeleset jatuh” : ujar anak tertua menyalahkan adiknya. Seperti halnya kerabat istri saya yang mengalami komplikasi misalnya, si penderita mengeluh karena perlakuan anak tertuanya yang telalu streng terhadapnya, jika adiknya mengenakan tabung oksigen atas permintaan ibunya dimarahi, katanya : “Ibu jangan kolokan (manja) begitu, kalau mengurangi pemakaian tabung oksigenkan bisa..., lama-lama nanti tidak bergantung dengan tabung, jangan sebentar-bentar oksigen...”. Lain halnya dengan si penderita yang terkena Stroke, “Mami sadar,... ini adalah penyakit dari Allah, dulu sebelum sakit, mungkin kalian tahu gimana banyak omong atau cerewetnya, sekarang ngomong seperlunya saja, mudah-mudahan ini baik,... berarti Allah masih sayang sama Mami” ; ujarnya lirih.

Dari kunjungan silaturahmi kemarin, Allah SWT telah beri pelajaran berharga pada saya dan istri, bagaimana kita diperlihatkan oleh sebuah keluarga dalam menghadapi musibah sakit tersebut. Cobaan berupa sakit adalah ujian dariNya, Sebagaimana firmanNya : “.......Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. Al A’raf, 7:168).

Ujian itu bukan hanya keikhlasan menerima takdir sakit itu saja, melainkan juga konsistensi untuk patuh dan taat pada aturan Allah, perintah dan laranganNya, seperti tetap dzikir, mengingat Allah, kendati tidak dapat sembahyang atau bersyukur dengan tidak mengeluh. Karena sakit tersebut boleh jadi merupakan hukuman dari Allah atas perbuatan masa lalu yang pernah dilakukan, jika ia ikhlas dan tetap taat serta patuh, maka Allah akan menghapus dosa-dosanya di dunia ataupun mengangkat derajatnya. Namun jika sebaliknya, maka ia tetap berdosa dan merasakan penderitaan hebat baik lahir maupun bathin.

Dari hadits riwayat Muttafaq Alaih, Rasulullah SAW pernah bersabda : “ Tidak ada seorang muslim yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah meng-hapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunya.”. Wa iza maridtu fa huwa yasyfin. Amin.

No comments:

Post a Comment